Pulau Lumpur antara Impian dan
Realita
SERI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI BERKELANJUTAN SEJAK TAHUN 2008
Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo
PROLOG
tahun 2012, pekerjaan utama terkait reklamasi, kontruksi tanggul penahan abrasi,
perlindungan lingkungan dengan bakaunisasi, dan yang terakhir uji coba tiga
blok Wanamina telah selesai.
Mengingat Pulau Lumpur (nama generik
dari banyak nama yang muncul) masih dibawah pengawasan dan kendali BPLS sebelum
diserahkan kepada pihak lain yang akan ditentukan kemudian, sehingga BPLS masih
bertanggung jawab untuk menjaga eksistensinya dari potensi gangguan terkait
keamanan (pendudukan, perukan, pencurian) dari faktor alami yaitu abrasi pantai
(coastal abrasion).
Pemahaman Umum
Pulau lumpur yang terbangun di muara
Kali Porong sisi selatan, sejak tidak dirancang dibangun menjadi suau pulau
tersendiri, namun merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengaliran lumpur ke
Selat Madura menggunakan energi bebas yang dimiliki secara alami.
Secara alami sebagai suatu bagian dari
delta Kali Porong yang tumbuh ke depan, maka mulut kali porong dalam keadaan
dangkal, sehingga menghalangi aliran koloid lumpur Sidoarjo yang akan diarahkan
ke bagian palung dalam dari Selat Madura.
Seiring dengan arahan Presiden RI
terkait pilihan mengalirkan lumpur kelaut, dibarengi dengan normalisasi kali
porong, termasuk membuka sumbat di mulut Kali Porong.
Setelah 4 kapal keruk sampai di lokasi,
dan mendapatkan dukungan teknis dari institusi KKP dan PPGL (KESDN), dimulailah
operasi pengerukan dibarengi reklamasi di awali pada bagian timur Pulau Alami
berlanjut memanjang kearah timur, agar dapat mengarahkan aliran dari muara Kali
Porong (diasumsikan mengangkut material lumpur) ke Palung Dalam.
Seiring waktu sehingga Pulau Lumpur
yang dibuat manusia untuk menanggulangi bencana luapan lumpur Sidoarjo, namun
tidak direnanakan sejak awal telah terbentuk dengan total mencapai 90 hektar.
Bila waktunya tiba Pulau Lumpur yang
berstatus ke depan sebagai BMN akan diserahkan kepada pihak tertentu sesuai
dengan arahan DP Bapel BPLS atau Instansi yang relevan lainnya.
·Presiden RI pada tahun 2007
dilanjutkan tahun 2012 telah memberikan direktif umum terkait:
·Memilih opsi pengaliran lumpur ke laut
melalui Kali Porong dari opsi lain yaitu melalui wetland;
Kali Porong dari outlet sampai ke muara
dilakukan normalisasi, terutama mencegah terjadinya banjir dipicu terdapatnya
endapan lumpur padu di Kali Porong, dan pelestarian lingkungan disepanjang
alirannya;
Mengerahkan 4 kapal keruk (dalam waktu
5 hari) ke muara Kali Porong, untuk membuka pintu mulut muara Kali Porong
terhadap endapan alami sebagai suatu delta aktif yang berpropagasi.
Pulau Lumpur ke depan dimanfaatkan
untuk usaha-usaha ekonomi yang relevan, dan hasilnya dapat digunakan untuk dana
penanganan semburan dan luapan Lusi, yang saat itu sudah dipersepsikan akan
berlangsung lama.
·
Pada tahap awal bersamaan dengan
reklamasi menggunakan 4 kapal keruk telah dilakukan bakaunisasi sebagai basis
perlindungan pantai Pulau Lumpur secara alami.
Pada tahun 2012 telah dilakukan
penerapan Sistem Wanamina bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan,
dimana pada prinsipnya mamadukan 2 aspek: (1) Wana: penanaman bakau; 2) Mina:
budidaya; dan 3) Mas: Pembinaan masyarakat pesisir.
Baru dua aspwk Wanamina yang
diterapkan, sedangkan hasuil uji coba panen ikan yang dilaksanakan bertahap
(tidak panen raya) menunjukkan bahwa Mina dapat tumbuh, walaupun masih dibawah
target sebelumnya (besarnya ikan).
Beberapa alternatif pemanfaatan ke depan
Pengembangan pusat wisata bahari Pulau
Lumpur dengan konsep Marina, telah diusulkan dan dibahas oleh Ditjen
Pengembangan Pulau Kecil dan Pesisir, KKP, sebagai tindak lanjut arahan Pengembangan
Pulau Lumpur menjadi kegiatan ekonomi oleh Presiden RI (2010);
Pengembangan Wanamina berbasis
perlindungan kawasan pesisir dan pulau kecil di sektor barat Pulau Lumpur yang
saat ini masih berlangsung;
·Menjadi salah satu lokasi dari
pelaksanaan Jambore SAR Nasional (pembicaraan informal dengan Ka Basarnas dan
Ka Basarnas Jatim);
Menjadi salah satu lokasi pembinaan dan
pelatihan Tim Tagana bersama BPLS ( telah 2 K);
Menjadi salah satu lokasi latihan
terjun bebas dibarengi manuver pelayaran perahu kayu dan motor mengelilingi
Pulau Lumpur, telah dijajaki dengan Pengurus PTP AVES (FASI) akan didukung
satuan Marininir (Kom Mantan Dan Marinir, Letjen Nono Sampuno);
Telah disinggung secara informal dengan
Menhan terkait arti strategis Pulau Lumpur dalam kontek Hankam dalam hal ini
pendayagunaan pulau kecil memperkuat NKRI;
Terakhir pada pertemuan informal BPLS
(Sesba dan Waka) dengan Menteri Koordinator Kesra didampingi Sesmenko (mantan
Kaban Litbang KKP) Profesor Indroyono, telah disampaikan kemungkinan kelanjutan
program WANAMINA dengan aktualisasi dana berasal dari KKP.
Karena Sampai saat ini belum
dipasangnya tanda-tanda bahwa Pulau Lumpur sebagai bagian wilayah yang tidak
terpisahkan kerja pengaliran lumpur Sidoarjo ke Selat Madura oleh BPLS,
sehingga menimbulkan potensi tindakan criminal antara lain pendudukan
(mendirikan bangunan), pencurian material dan bangunan, serta perusakan hutan
bakau.
Karena program Wanamina pada 3 Blok
kerjasma BPLS dan KKP berakhir tahun 2012, dan panen pertama telah dilakukan,
sehingga dari tiga aspek Wanamina hanya tersisa Wana.
Karena tidak ada perawatan khusus, saat
ini Wanamina Blok A mengalami gangguan pada inlet, sehingga air yang ada tidak
mengalami sirkulasi dapat mematika Wana atau bakau yang telah ditanam;
Telah diinspeksi terjadinya Tanggul
Runtuh/Longsor disertai abrasi yang kuat di sekor selatan Pulau Lumpur. Bila
tidak segera ditangani, dikhawatirkan abrasi daratan hasil reklamasi beserta
pohon bakau yang tumbuh masih muda dapat terseret ke Kali Porong melalui
Jebolan Tanggul.
Di sektor baratlaut secara kasat mata
telah terjadi abrasi pada tanggul penahan gelombang, bersamaan dengan itu inlet
Wanamina Blok A tertimbun lumpur akibar abrasi. Dinas Perikanan Kab. Sidoarjo
telah ikut berkontribusi untuk menangani abrasi tersebut dengan menanam pohon
bakau khusus, namun sebegitu jauh keberhasilannya masih kecil. Sehingga perlu
ada penanganan yang bersifat perkuatan tanggul dengan konstruksi sebagaimana
awalnya, dan dikombinasikan dengan penanaman bakau sebaiknya pada musim hujan.
Terganggukan fungsi dan kondisi Blok A
Wanamina, salah satu solusi adalah meningkatkan peran serta masyarakat, dalam
hal ini dari satuan keamanan yang ada, untuk melaksanakan uji coba budidaya
MINA Kepiting.
Dipilihnya blok A Wanamina adalah: (1)
kondisinya paling kurang baik, karena ada penyumbatan inlet; (2) pemberdayaan
masyarakat, lebih menumbuhkan perasaan memilikinya sekalitus unsure pengamanan
internal; (3) budidaya kepiting masa hidup penden 30 hari; (4) lokasi Blok A
terpisahkan oleh tanggul dengan B dan C; (5) Kerjasama dengan KKP berakhir dan
perlu di perbarui; dan (6) Secara sistem Wanamina akan lengkap dengan adanya
komponen pemberdayaan masyarakat.
Lampiran Gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar